
Oleh:
Deni Maulana
Deni Maulana
Angin atau udara yang bergerak termasuk salah satu sumber energi yang bersih (tidak menimbulkan emisi) dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penghawaan alami di dalam rumah. Kebutuhan penghawaan alami sangat diperlukan agar sirkulasi udara menjadi lancar dan mempercepat pelepasan panas sehingga rumah menjadi lebih dingin. Upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan potensi angin diantaranya adalah dengan melakukan penataan ruang luar berupa taman dan penataan ruang dalam berupa susunan ruang termasuk perletakan dinding “bernafas”.
Upaya penataan ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu pada bangunan tradisional mereka namun seiring dengan perubahan gaya hidup yang semakin modern dan penggunaan peralatan mekanis yang serba praktis, upaya ini seringkali diabaikan. Salah satu contohnya yaitu pada bangunan tradisional melayu perletakan bukaan terlihat dominan pada dinding rumah seperti penggunaan ventilasi, jalusi dan penggunaan dinding kayu untuk mengatasi udara panas di dalam bangunan. Bangunan modern saat ini cenderung menggunakan elemen bukaan seperti kisi-kisi sebagai elemen estetis saja, bukaan yang minimal pada bangunan dan penggunaan AC (Air Conditioner) sebagai pendingin bangunan. Di sisi lain, teknologi memang diciptakan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi manusia, namun dalam kondisi krisis energi saat ini dengan naiknya harga listrik per kWh dan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir penggunaan peralatan mekanis tersebut kurang produktif dan menyebabkan ketidaknyamanan penghuni rumah. Kondisi tersebut dapat diminimalisasi memaksimalkan potensi angin ke dalam bangunan melalui penataan ruang luar dan ruang dalam.
Upaya penataan ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu pada bangunan tradisional mereka namun seiring dengan perubahan gaya hidup yang semakin modern dan penggunaan peralatan mekanis yang serba praktis, upaya ini seringkali diabaikan. Salah satu contohnya yaitu pada bangunan tradisional melayu perletakan bukaan terlihat dominan pada dinding rumah seperti penggunaan ventilasi, jalusi dan penggunaan dinding kayu untuk mengatasi udara panas di dalam bangunan. Bangunan modern saat ini cenderung menggunakan elemen bukaan seperti kisi-kisi sebagai elemen estetis saja, bukaan yang minimal pada bangunan dan penggunaan AC (Air Conditioner) sebagai pendingin bangunan. Di sisi lain, teknologi memang diciptakan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi manusia, namun dalam kondisi krisis energi saat ini dengan naiknya harga listrik per kWh dan terjadinya pemadaman listrik secara bergilir penggunaan peralatan mekanis tersebut kurang produktif dan menyebabkan ketidaknyamanan penghuni rumah. Kondisi tersebut dapat diminimalisasi memaksimalkan potensi angin ke dalam bangunan melalui penataan ruang luar dan ruang dalam.
PENATAAN RUANG LUAR
Penataan ruang luar yang dimaksud adalah penataan ruang yang berada selain di dalam rumah, dalam hal ini berupa taman. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penataan taman adalah mengetahui arah angin dominan yang ada di sekitar rumah. Tanaman yang berada disekitar rumah dapat ditata sebagai pembelok angin maupun sebagai pereduksi angin. Tanaman sebagai pembelok angin dibutuhkan apabila angin ingin diarahkan ke luar atau ke dalam rumah sedangkan taman sebagai pereduksi angin dibutuhkan untuk melindungi ruang dari angin yang terlalu kuat.
Jenis tanaman dengan kerapatan daun dan batang tinggi dibutuhkan sebagai pereduksi dan pengarah angin ke arah atas dan samping sedangkan pepohonan dengan bentuk kanopi (peneduh) yang tinggi dibutuhkan untuk mengalirkan angin ke arah bawah. Pemberian jarak antar tanaman yang tepat dapat memaksimalkan aliran angin ke dalam rumah.
Perletakan tanaman untuk daerah beriklim tropis seperti di kota Pontianak sebaiknya juga memperhatikan arah orientasi matahari yaitu arah Timur-Barat. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat berfungsi sebagai peneduh rumah sekaligus membuat rumah menjadi lebih dingin. Penataan tanaman sebaiknya tidak hanya dilakukan pada satu sisi rumah saja namun harus ditata pada semua sisi agar penghawaan di dalam dan di sekitar rumah menjadi lebih optimal.
Penataan ruang luar yang dimaksud adalah penataan ruang yang berada selain di dalam rumah, dalam hal ini berupa taman. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penataan taman adalah mengetahui arah angin dominan yang ada di sekitar rumah. Tanaman yang berada disekitar rumah dapat ditata sebagai pembelok angin maupun sebagai pereduksi angin. Tanaman sebagai pembelok angin dibutuhkan apabila angin ingin diarahkan ke luar atau ke dalam rumah sedangkan taman sebagai pereduksi angin dibutuhkan untuk melindungi ruang dari angin yang terlalu kuat.
Jenis tanaman dengan kerapatan daun dan batang tinggi dibutuhkan sebagai pereduksi dan pengarah angin ke arah atas dan samping sedangkan pepohonan dengan bentuk kanopi (peneduh) yang tinggi dibutuhkan untuk mengalirkan angin ke arah bawah. Pemberian jarak antar tanaman yang tepat dapat memaksimalkan aliran angin ke dalam rumah.
Perletakan tanaman untuk daerah beriklim tropis seperti di kota Pontianak sebaiknya juga memperhatikan arah orientasi matahari yaitu arah Timur-Barat. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat berfungsi sebagai peneduh rumah sekaligus membuat rumah menjadi lebih dingin. Penataan tanaman sebaiknya tidak hanya dilakukan pada satu sisi rumah saja namun harus ditata pada semua sisi agar penghawaan di dalam dan di sekitar rumah menjadi lebih optimal.
PENATAAN RUANG DALAM
Penataan ruang dalam dibutuhkan agar udara dapat mengalir dengan lancar ke seluruh ruang dan membuang panas yang ada di dalam rumah. Penataan ruang tersebut meliputi perletakan bukaan yang salah satunya berupa penggunaan dinding “bernafas” dan perletakan ruang-ruang di dalam rumah. Dinding “bernafas” merupakan dinding yang memiliki suatu sistem sirkulasi udara agar penghuninya merasa nyaman dan tidak merasa kepanasan. Penggunaan dinding ini berupa penggunaan dinding kayu, bambu maupun rotan seperti yang terdapat pada bangunan tradisional di Indonesia. Sistem aliran udara pada dinding ini berupa pemberian jarak antar dinding kayu dan perletakannya bersusun secara miring sehingga udara dapat mengalir masuk ke dalam rumah dengan baik, namun tidak mengurangi privacy ruang di dalamnya. Penggunaan dinding dari bambu atau rotan yang dianyam membentuk jaring-jaring memiliki kekurangan dari sisi privacy karena posisi celah yang tegak lurus dengan dinding, namun sirkulasi udara ke dalam bangunan menjadi lebih lancar.
Konsep sistem aliran angin pada dinding tersebut juga diterapkan untuk material lain seperti bata, batako, dan fiber. Sistem aliran udara pada dinding “bernafas” saat ini juga diterapkan pada bukaan lain seperti ventilasi, jendela dan pintu jalusi. Hal yang perlu diingat dalam mengalirkan angin di dalam ruang adalah aliran udara yang masuk harus mengenai tubuh manusia agar panas dari tubuh manusia dapat dilepaskan secara cepat. Oleh karena itu, posisi bilah jendela dan pintu jalusi yang dibuat sebaiknya miring ke atas dan dibuat sampai ke bawah agar aliran angin mengenai tubuh manusia.
Lokasi penempatan dan ukuran bukaan dapat mempengaruhi kecepatan angin yang melalui ruangan di dalamnya. Penempatan bukaan pada dua sisi yang berlawanan (ventilasi silang) merupakan penempatan yang sangat efektif karena udara mengalir dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya. Ukuran bukaan angin masuk yang lebih kecil dari ukuran bukaan angin yang keluar akan mempercepat kecepatan angin yang melalui ruang di dalamnya.
Perletakan ruang-ruang di dalam rumah diusahakan memiliki konsep penataan ruang yang terbuka dan saling terhubung agar sirkulasi udara di dalam rumah menjadi lancar. Perletakan ruang ini dirancang dengan memperhatikan perletakan ruang luar, apakah saling berhubungan atau tidak. Harmonisasi perletakan ruang luar dan ruang dalam dibutuhkan untuk memudahkan penentuan perletakan bukaan pada dinding bangunan sehingga aliran udara dalam rumah menjadi lebih maksimal.
Dua konsep penataan di atas bukanlah harga mati yang harus diterapkan secara bersamaan agar rumah bisa memanfaatkan potensi angin. Kenyataannya, saat ini dengan kondisi lahan yang serba terbatas tidak gampang untuk menemukan rumah atau lahan yang bisa memenuhi beberapa kriteria di atas sehingga mau tidak mau salah satu dari dua konsep penataan di atas dapat dioptimalkan penataannya. Rumah yang memiliki luas lahan terbatas dapat mengoptimalkan penataan ruang dalam dengan tetap memperhatikan arah angin utama yang masuk melalui penggunaan dinding “bernafas”, perletakan bukaan dengan ventilasi silang, penataan ruang yang terbuka dan saling terhubung dan posisi area lembab dan basah terhadap terhadap posisi penyinaran matahari.
Penataan ruang dalam dibutuhkan agar udara dapat mengalir dengan lancar ke seluruh ruang dan membuang panas yang ada di dalam rumah. Penataan ruang tersebut meliputi perletakan bukaan yang salah satunya berupa penggunaan dinding “bernafas” dan perletakan ruang-ruang di dalam rumah. Dinding “bernafas” merupakan dinding yang memiliki suatu sistem sirkulasi udara agar penghuninya merasa nyaman dan tidak merasa kepanasan. Penggunaan dinding ini berupa penggunaan dinding kayu, bambu maupun rotan seperti yang terdapat pada bangunan tradisional di Indonesia. Sistem aliran udara pada dinding ini berupa pemberian jarak antar dinding kayu dan perletakannya bersusun secara miring sehingga udara dapat mengalir masuk ke dalam rumah dengan baik, namun tidak mengurangi privacy ruang di dalamnya. Penggunaan dinding dari bambu atau rotan yang dianyam membentuk jaring-jaring memiliki kekurangan dari sisi privacy karena posisi celah yang tegak lurus dengan dinding, namun sirkulasi udara ke dalam bangunan menjadi lebih lancar.
Konsep sistem aliran angin pada dinding tersebut juga diterapkan untuk material lain seperti bata, batako, dan fiber. Sistem aliran udara pada dinding “bernafas” saat ini juga diterapkan pada bukaan lain seperti ventilasi, jendela dan pintu jalusi. Hal yang perlu diingat dalam mengalirkan angin di dalam ruang adalah aliran udara yang masuk harus mengenai tubuh manusia agar panas dari tubuh manusia dapat dilepaskan secara cepat. Oleh karena itu, posisi bilah jendela dan pintu jalusi yang dibuat sebaiknya miring ke atas dan dibuat sampai ke bawah agar aliran angin mengenai tubuh manusia.
Lokasi penempatan dan ukuran bukaan dapat mempengaruhi kecepatan angin yang melalui ruangan di dalamnya. Penempatan bukaan pada dua sisi yang berlawanan (ventilasi silang) merupakan penempatan yang sangat efektif karena udara mengalir dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya. Ukuran bukaan angin masuk yang lebih kecil dari ukuran bukaan angin yang keluar akan mempercepat kecepatan angin yang melalui ruang di dalamnya.
Perletakan ruang-ruang di dalam rumah diusahakan memiliki konsep penataan ruang yang terbuka dan saling terhubung agar sirkulasi udara di dalam rumah menjadi lancar. Perletakan ruang ini dirancang dengan memperhatikan perletakan ruang luar, apakah saling berhubungan atau tidak. Harmonisasi perletakan ruang luar dan ruang dalam dibutuhkan untuk memudahkan penentuan perletakan bukaan pada dinding bangunan sehingga aliran udara dalam rumah menjadi lebih maksimal.
Dua konsep penataan di atas bukanlah harga mati yang harus diterapkan secara bersamaan agar rumah bisa memanfaatkan potensi angin. Kenyataannya, saat ini dengan kondisi lahan yang serba terbatas tidak gampang untuk menemukan rumah atau lahan yang bisa memenuhi beberapa kriteria di atas sehingga mau tidak mau salah satu dari dua konsep penataan di atas dapat dioptimalkan penataannya. Rumah yang memiliki luas lahan terbatas dapat mengoptimalkan penataan ruang dalam dengan tetap memperhatikan arah angin utama yang masuk melalui penggunaan dinding “bernafas”, perletakan bukaan dengan ventilasi silang, penataan ruang yang terbuka dan saling terhubung dan posisi area lembab dan basah terhadap terhadap posisi penyinaran matahari.